Pengen kaya jangan sedekah?

MimbarAlQalam – Saudaraku seiman, di zaman modern ini persoalan kekayaan dan kadar rezeki menjadi perhitungan yang banyak diunggulkan dari segalanya. Bagaimana tidak, seluruh aspek yang berkaitan dengan kehidupan ini porosnya mengacu pada satu titik, yaitu uang.

Keyakinan ini memang tidak sepenuhnya di tolak oleh mayoritas manusia, karena tanpa uang seseorang sudah barang tentu tidak mampu berbuat banyak. Demikianlah, Alloh swt memang menjadikan nilai uang itu menjadi ujian yang sangat berat dan sangat melenakan. Diantara manusia ada yang gugur dan melupakan hak-hak Alloh swt, namun diantaranya juga ada yang bisa mengelola dan memanfaatkannya untuk perjuangan di jalan Alloh swt.

1. Sudah sedekah belum juga kaya?

Banyak sekali literatur-literatur yang diterbitkan oleh para penulis-penulis terkenal yang mengungkap rahasia besar dan kedahsyatan di balik kekuatan sedekah. Diantaranya ada yang menunjukkan bahwa sedekah itu akan memancing datangnya rezeki lebih banyak, menolak bala’, menyelesaikan masalah hidup, awet muda, menyehatkan tubuh, dapat melunasi hutang-hutang, mempercepat datangnya jodoh dan lain-lain.

Dan yang paling dikejar-kejar khasiat dari sedekah itu adalah, “Dengan sedekah kau akan jadi kaya!”

Saudaraku seiman, hendaknya manusia itu selalu bermuhasabah dan banyak berfikir lebih jeli, terutama membicarakan persoalan rahasia besar di balik sedekah ini. Amalan yang mulia ini sangat menuntut ketulusan dari seorang hamba dalam menunaikan kewajibannya membayar infak di jalan Alloh. Maka, hendaknya dalam menunaikan kewajiban tersebut, seorang hamba menyempurnakan niatnya tanpa membelokkan maksud bersedekah demi meraih kekayaan, yang itu sebenarnya hanyalah satu dari sejuta hikmah di balik sedekah.

Adapun dalam melaksanakan kewajiban infak di jalan Alloh swt, akan lebih utama derajadnya, jika ia membayarkannya tanpa ada maksud dan harapan lain. Misalnya dengan berinfak, dia akan memperoleh nilai yang lebih besar dari Alloh atau mendapatkan balasan yang sesuai dengan motif apa dia bersedekah. Sebab—wahai ikhwah—diantara manusia ini tidak jarang yang menunaikan infaknya di jalan Alloh, namun saat tak ada “jawaban” dari Alloh, atas keinginannya lantas mereka akan menggerutu dan kecewa.

Saudaraku, berinfaklah dan ikhlashkanlah kepergiannya karena Alloh!

Berinfak adalah perintah dari Alloh dan menunaikannya adalah kewajiban, baik dalam keadaan lapang maupun sempit. Infak adalah realisasi dari bentuk penolakan sifat nifaq didalam hati, dan itulah tujuan yang paling penting. Ketahuilah, bahwasanya dibalik semua itu ada lagi nilai yang lebih besar, yaitu nilai keikhlasan dan kepasrahan kepada Alloh swt atas segala yang telah ia tunaikan. Tanpa berfikir akan mendapatkan apa yang diterimanya dimasa yang akan datang.

Saudaraku seiman, bayarlah infak di jalan Alloh, dan jangan tanyakan padaNya, “Mengapa diriku tak kunjung kaya?” atau, “Aku sudah bersedekah, mengapa jodohku tak jua tiba?” atau segala pertanyaan yang menyelimuti pikiran kita. Apakah manusia ini menginginkan ganjaran langsung di dunia ini ataukah hanya berharap Wajah Alloh swt dan keridhaanNya?

2. Kepada siapa sedekah lebih utama?

Alloh swt berfirman,

“Sesungguhnya zakat-zakat itu, hanyalah untuk orang-orang fakir, orang-orang miskin, pengurus-pengurus zakat, para mu’allaf yang dibujuk hatinya, untuk (memerdekakan) budak, orang-orang yang berhutang, di jalan Allah dan untuk mereka yuang sedang dalam perjalanan, sebagai suatu ketetapan yang diwajibkan Allah, dan Allah Maha Mengetahui lagi Maha Bijaksana.” [At-Taubah: 60]

Akhi muslim, tidak diragukan lagi bahwasanya sedekah itu memiliki derajad yang berbeda-beda disisi Alloh swt. Dan masing-masing diantaranya memiliki tingkatan yang berbeda-beda. Adapun pertanyaannya, kepada siapakah sedekah itu memiliki nilai yang paling utama?

Hadits berikut ini akan menunjukkan kepada siapa sedekah itu lebih diutamakan daripada golongan yang lainnya?

Dari Abu Hurairah berkata, Rasululloh saw bersabda, “Barangsiapa menafkahkan sepasang dari hartanya di jalan Alloh dia akan dipanggil dari pintu-pintu Jannah, dan Jannah itu memiliki banyak pintu. Sedangkan, barangsiapa yang Ahlu Shalah dipanggil dari pintu Shalat, siapa yang Ahlu Shadaqah dipanggil dari pintu Shadaqah, siapa yang Ahlul Jihad dipanggil dari pintu Jihad, siapa yang Ahlus Shiyam (puasa) dipanggil dari pintu Ar-Rayan…” [Tafsir Syaikh Ibnu Katsir, Az-Zumar: 73-74]

3. Infak fi sabilillah lebih utama

Syaikh Ibnu Katsir mengulang hadits yang senada dengan itu di beberapa tempat dalam kitab tafsirnya. Dan disana menunjukkan, bahwa infak atau sedekah akan lebih utama nilainya bila dibayarkan untuk kepentingan jihad fi sabilillah. Sebagaimana dalam konteks hadits tersebut dikatakan bahwa orang yang membayarkan sepasang hartanya dijalan Alloh maka pintu-pintu syurga yang banyak itu akan berebut memanggilnya agar berkenan melewatinya. Dan sepasang ialah apa saja yang diberikan beserta kelengkapannya. Seperti menginfakkan kuda tunggangan lengkap dengan pelananya, pedang beserta perisainya atau yang semisalnya.

4. Sepasang harta” itu adalah uang dan nyawa!

 Tidak diragukan lagi bahwa membela dien ini dengan uang dan nyawa adalah “sepasang harta” kita yang kita miliki. Sedangkan Alloh swt memerintahkan kita untuk mengorbankan sepasang harta ini (uang dan nyawa) di jalan Alloh, yaitu jalan qital untuk memenangkan diennya diatas segala agama.

Banyak sekali ayat di dalam Al-Qur’an dan Sunnah NabiNya yang mengisyaratkan manusia untuk mengorbankan “sepasang harta” berharga ini untuk di bayarkan di jalan Alloh. Dan disana mengandung makna yang jelas, serta tidak akan mungkin di geserkan kepada makna lain; bekerja, melawan hawa nafsu, mengumpuli istri atau sekadar berbuat baik kepada orang tua sambil meninggalkan perintah ini disaat menjadi fardhu ‘ain.

Sebagaimana firmanNya,

“Berangkatlah kamu baik dalam keadaan merasa ringan maupun berat, dan berjihadlah kamu dengan harta dan jiwamu di jalan Allah. Yang demikian itu adalah lebih baik bagimu, jika kamu mengetahui.” [At-Taubah: 41]

Dan firman Alloh swt,

“Hai orang-orang yang beriman, maukah kamu aku tunjukkan suatu perniagaan yang dapat menyelamatkanmu dari azab yang pedih? (yaitu) kamu beriman kepada Allah dan RasulNya dan berjihad di jalan Allah dengan harta dan jiwamu. Itulah yang lebih baik bagimu, jika kamu mengetahui.” [Ash-Shaff: 10-11]

Harta adalah penopang berjalannya kewajiban jihad ini, sedangkan rijal adalah subjek yang melaksanakannya. Dan sesungguhnya bukanlah jihad itu yang membutuhkan rijal (lelaki), akan tetapi rijal itulah yang membutuhkan jihad, sebagaimana yang dikatakan oleh syaikh Abdulloh Azzam. Dan dengan fi sabilillah, alam semesta ini dicegah dari kehancuran yang dilakukan oleh orang-orang kafir.

Maka bagi mereka yang menginginkan sebuah keutamaan dan berharap seperti Abu Bakar Ash-Shiddiq yang diperebutkan oleh pintu-pintu syurga, maka infakkanlah “sepasang hartamu” yaitu uang dan nyawa fi sabilillah! [Lihat Tafsir Syaikh Ibnu Katsir, Az-Zumar: 73-74]

5. Kewajiban sedekah yang lebih wajib

Membayarkan infak di jalan Alloh swt untuk memperjuangkan dienNya dan untuk kemashlahatan mujahidin beserta keluarganya adalah yang jauh lebih utama! Dan amalan itulah yang menyebabkan Alloh swt tidak menurunkan malapetaka kepada kita yang ada di bumi Alloh ini.

Wahai saudaraku seiman, seandainya engkau memiliki harta yang banyak dan melimpah berupa Maal (uang) dan engkau mengharapkan keutamaan yang besar disisi Alloh. Maka, kami tunjukkan disini sedekah yang lebih utama itu adalah sebagaimana hadits dari Abu Umamah, Rasululloh saw bersabda,

“Barangsiapa yang belum pernah berperang atau memberi bekal seorang prajurit dan belum pernah menanggung keluarga orang yang berangkat berperang, maka Alloh swt akan menimpakan malapetaka sebelum datang hari kiamat.” [Abu Dawud, 7/380, no. 2505, Syaikh Al-Bani menghasankannya]

Disini mengandung perintah untuk menunaikan sedekahnya diutamakan kepada keluarga mujahidin yang ditinggal untuk pergi membela Dienulloh dan kemuliaan islam. Disana juga terdapat ancaman bagi siapa saja yang melalaikan kewajibannya untuk memakmurkan keluarga Mujahid. Berupa malapetaka yang besar yang menimpa umat manusia sebelum datangnya hari kiamat. Sebab itu wahai saudaraku, nafkahkan juga hartamu pada jalan ini dan ikhlaskanlah mengharap Wajah Alloh. Sesungguhnya diantara harta yang kita miliki, disana terdapat hak mereka (keluarga Mujahid).

6. Rezeki itu sebenarnya ada dibawah naungan tombak

Sebagai penutup kami pada kesempatan ini akan hadirkan sebuah hadits yang menunjukkan suatu amalan yang dapat membukakan pintu-pintu rezeki. Sebagaimana yang diriwayatkan oleh Ibnu Umar, bahwa Rasululloh saw bersabda,

“Aku diutus menjelang hari kiamat dengan pedang sampai Alloh sajalah yang diibadahi, satu-satunya dan tiada sekutu bagiNya. Dan dijadikan rezekiku dibawah bayangan tombak, dan dijadikan kehinaan lagi rendah bagi siapa saja yang menentang perintahku. Barangsiapa yang menyerupai suatu kaum, maka dia termasuk diantara mereka.” [HR. Ahmad, 11/261, no. 5233]

Dari Abu Hurairah ra. Bahwasanya ada seorang lelaki mendatangi Rasululloh saw dan bertanya, “Wahai Nabi Alloh, amalan apa yang paling utama?” Rasululloh saw bersabda, “Iman kepada Alloh dan berjihad (berperang) di jalanNya…” [Musnad Ahmad, 19/307, no. 9076]

Dari Abu Hurairah ra, Rasululloh saw berdiri dan berkhutbah kepada manusia. Beliau mengingatkan bahwa iman kepada Alloh dan jihad (berperang) di jalanNya adalah amalan yang paling afdhal disisi Alloh. [HR. Ahmad, 17/327, no. 8296]

Saudaraku seiman, sejarah telah berkata benar lagi tidak dusta. Telah menimpa umat islam ini musibah kefakiran dan kemiskinan disebabkan meninggalkan amalan yang paling utama, yaitu jihad fi sabilillah. Dalam catatan sejarah islam di Andalusia, salah satu penyebab kefakiran itu adalah dengan ditinggalkannya jihad itu sendiri. Sebagamana Sultan Muhammad XI yang karena dia meninggalkan perintah ini, rakyatnya dijajah dan menyebabkan kekalahan yang mengharuskan Andalusia di rebut oleh orang-orang kristen katolik, yaitu Fernando dan Isabela. Akibatnya, pembantaian umat islampun tak bisa terelakkan.

Demikianlah, sesungguhnya harta dan kesenangan dunia itu adalah ujian dari Alloh swt. Dan dari situ akan tampak dimata manusia siapa yang tergila-gila dengan dunia dan hartanya, lalu melupakan hak Alloh swt atas “sepasang harta” yang dimilikinya (uang dan nyawa) dan mereka enggan mengorbankannya di jalan Alloh. Dengan kelalaian itulah, Alloh mengazab mereka didunia, dengan paceklik, dan diakhirat dengan siksa yang pedih.

Sebagaimana firman Alloh swt,

“Jika kamu tidak berangkat untuk berperang, niscaya Alloh menyiksa kamu dengan siksa yang pedih dan digantinya (kamu) dengan kaum yang lain, dan kamu tidak akan dapat memberi kemudharatan kepadaNya sedikitpun. Alloh Maha Kuasa atas segala sesuatu.” [At-Taubah: 39]

Dan sabda Rasululloh saw,

“Jika kalian mulai berjual beli dengan ‘inah, kalian mengambil ekor-ekor sapi, dan kalian ridho dengan cocok tanam serta kalian tinggalkan jihad, Alloh akan timpakan kehinaan atas kalian, Dia tidak akan mencabutnya dari kalian sampai kalian kembali kepada agama kalian.” [HR. Abu Dawud,” 10/285, dishahihkan oleh Al-Albani]

Wallohu a’lam.

Abu Abdillah Al-Anshary

Tinggalkan komentar